Peneliti antropologi urban dari Universitas Diponegoro yang
berkunjung ke Jambi, Radjimo, menyatakan, suku Kerinci yang mendiami
dataran tinggi Bukit Barisan di sekitar Gunung Kerinci bahkan lebih tua
dari suku Inka, Indian, di Amerika.
“Dari sebuah kesimpulan riset Dr Bennet Bronson, peneliti dari AS,
bersama Tim Lembaga Purbakala dan Peninggalan Nasional Jakarta pada
1973, yang saya baca malah berpendapat bahwa suku Kerinci bahkan jauh
lebih tua dari suku Inka (Indian) di Amerika,” katanya di Jambi, Sabtu
(21/5/2011).
Hal itu berarti suku Kerinci tidak hanya lebih tua dari Proto-Melayu.
Suku Indian Inka sendiri adalah suku yang salah satu ramalan
purbanya tentang kiamat 2012, yang menjadi inspirasi film Hollywood
yang menghebohkan pada 2009, diyakini sebagai suku purba yang telah
memiliki peradaban tinggi.
Radjimo mempertegas pernyataan budayawan Kerinci, Iskandar Zakaria,
yang menegaskan bahwa suku Kerinci jauh lebih tua dari Proto-Melayu
yang dirilis sebelumnya dan belakangan sempat mengundang polemik dan
kritik di antara kalangan budayawan, akademisi, dan periset di Jambi.
Lebih jauh Radjimo yang datang melakukan riset ke Jambi dalam
kapasitasnya sebagai anggota gabungan peneliti Intersepsi di Jakarta
tersebut mengungkapkan, salah satu pembuktian yang dikemukakan tim
Bennet Bronson itu adalah tentang manusia Kecik Wok Gedang Wok.
Ia merupakan suku pertama yang telah mendiami dataran tinggi Kerinci
lebih dari 10.000 tahun lalu, belum mempunyai nama panggilan secara
individu sampai masuknya suku Proto-Melayu.
“Sedangkan suku Indian Inka di Amerika yang sebelumnya dianggap
sebagai salah satu suku dan ras tertua di dunia diketahui pada zaman
yang sama sudah memiliki nama, seperti Big Buffalo (Kerbau Besar),
Little Fire (Api Kecil), dan lainnya,” kata Radjimo.
Maka, saat itu pulalah terjadi perpindahan etnis ini dari satu
tempat ke tempat lain pada Alam Melayu, seperti perpindahan
Proto-Malaiers (Melayu Tua) ke Alam Kerinci.
Menurut Kern, Alam Kerinci saat itu telah didiami oleh manusia dan penduduk pribumi inilah yang disebut Kecik Wok Gedang Wok.
Namun, saat itu jumlah Proto-Melayu yang lebih dominan dari Kecik
Wok Gedang Wok menyebabkan kaum pribumi tersebut secara perlahan
lenyap dalam percampuran darah antara pendatang dan pribumi.
Kelompok inilah yang selanjutnya berkembang dan menjadi nenek moyang orang Kerinci modern hingga ke generasi saat ini.
Hal lain yang sering dijadikan sampel penelitian oleh peneliti
tersebut adalah keragaman bahasa dan dialek di Kerinci. Dengan bahasa
yang sangat beragam, sekitar 135 dialek, yang dipakai hanya di
sepanjang lembah, memperumit penelitian etnografi.
Beberapa penelitian menyebutkan bahwa orang Kerinci termasuk kelompok suku bangsa asli yang mula-mula ada di Sumatera.
Kelompok suku bangsa ini kemudian dikenal dengan Kecik Wok Gedang
Wok yang diduga telah berada di wilayah Alam Kerinci sejak 10.000
tahun silam (Whitten, 1987).
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima Kasih Telah Mau Berkunjung Datang di Blog Berita Bagi Kita Semua, Siapapun Anda Boleh Menulis, Berkomentar, Mengirimkan Berita, Membuat Artikel ataupun Menceritakan tentang Hobby Masing-Masing, Kami Tidak bertanggung Jawab Dengan Akibat Yang ditimbulkan Konten Berita dan Artikel di Blog Ini, Pikir itu Pelita Hati,Jadi PIKIRKANLAH!!!, Komentar Yang Meniggalkan Links PORNO Akan Dihapus!!!