Demikian terkenalnya kerinci sebagai penghasil
Cassiavera, lanjutnya, sampai-sampai nama Kerinci menjadi standar produk
kayu manis di pasar dunia. Kerinci, kata dia, telah menerima hak paten
berupa label K sebagai label produk Cassiavera dalam perdagangan
internasional. “Bukan hanya produsen terbesar, kualitas Cassiavera
Kerinci juga nomor satu. Jauh mengalahkan Cassiavera Thailand, Vietnam,
Sri lanka, India dan China,” ujarnya.
“Ada tiga spesies untuk kayu manis. Terbesar dan terbaik adalah spesies Cinnamomum burmanni dari Kerinci,” imbuhnya.
Pemenang
I Pengayaan Pengetahuan Alam tingkat Nasional ini mengatakan,
sedikitnya 44 negara menjadi pengimpor Cassiavera Kerinci. Dari Kerinci,
Cassiavera dipasok melalui Kota Padang (Sumbar) dan diekspor terutama
ke Amerika, Canada dan Jerman. “Negara pengimpor lainnya adalah
singapura, Malaysia, Pakistan, Brazil, Yunani, Rusia dan masih banyak
lagi yang lainnya,” jelasnya.
Lebih lanjut
dikatakan, hampir seluruh daerah di Kabupaten Kerinci merupakan
penghasil Cassiavera. Namun, hanya ada lima daerah produksi utama yaitu
Kecamatan Gunung Raya, Batang Merangin, Gunung Kerinci, Air Hangat Timur
dan Siulak.
Alumnus IPB ini menyayangkan,
pengetahuan warga Jambi akan manfaat Cassiavera ini sangat awam. Dari
penelitian yang dilakukannya, kebanyakan warga Jambi hanya mengenal
Cassiavera untuk bumbu masak, bandrek, dan martabak. Padahal, kata dia,
Cassiavera dapat diolah menjadi oleoresin yang harga jualnya bisa
mencapai 2.000 kali lipat.
“Kita kan spesialis
jual bahan mentah. Jika diolah menjadi oleoresin (minyak hasil olahan
kayu manis, red) bisa lebih mahal. Jika jual mentah hanya Rp 5 ribu per
kilogram. Jika dijual 1 ons dalam oleoresin bisa mencapai 10 dolar (100
ribu),” katanya.
Selain itu, lanjutnya, tidak
banyak yang tahu jika Cassiavera bermanfaat untuk mengobati timbunan
lemak di hati, antikanker, antimikroba, asam urat, radang sendi dan
mencegah penuaan dini. “Selain bahan mentah untuk makanan dan minuman,
produk ini juga bermanfaat untuk obat, industri kosmetik, minuman keras,
rokok, roti dan permen serta industri pestisida,” urainya.
“Kita
jual bahan mentah dengan harga murah sedangkan orang luar jual bahan
olahan dengan harga sangat tinggi. Harusnya, kita bisa melakukan
pengolahan sendiri,” imbuhnya.
Diakuinya, Jambi
selaku produsen Cassiavera terbesar di dunia baru bisa menjualnya dalam
bentuk kulit kering utuh. Dia menyayangkan pemerintah daerah (pemda)
belum mampu melakukan pengolahan Cassiavera dalam bentuk serbuk atau
bubuk, minyak atsiri dan oleoresin yang nilai jualnya jauh lebih tinggi
serta sangat dibutuhkan di berbagai industri.
“Saya
kira, perlu kiranya pemda membangun pabrik pengolahan minyak atsiri dan
oleoresin yang berasal dari kulit kayu manis ini. Perlunya kebijakan
pemerintah sehingga harga Cassiavera lebih meningkat. Apalagi adanya
tengkulak yang masih memonopoli dan menentukan harga di tingkat pasar,”
pungkasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima Kasih Telah Mau Berkunjung Datang di Blog Berita Bagi Kita Semua, Siapapun Anda Boleh Menulis, Berkomentar, Mengirimkan Berita, Membuat Artikel ataupun Menceritakan tentang Hobby Masing-Masing, Kami Tidak bertanggung Jawab Dengan Akibat Yang ditimbulkan Konten Berita dan Artikel di Blog Ini, Pikir itu Pelita Hati,Jadi PIKIRKANLAH!!!, Komentar Yang Meniggalkan Links PORNO Akan Dihapus!!!