KERINCI – Maskapai penerbangan Pacific Royale Airways, yang
melayani penerbangan di Bandara Depati Parbo, Kabupaten Kerinci, sejak
beberapa bulan lalu, akhirnya menghentikan penerbangan mereka.
Informasi yang didapat Tribun dari berbagai sumber, berhentinya penerbangan tersebut dikarenakan beberapa penyebab. Di antaranya adalah karena rusaknya pesawat, dan saat ini sedang dalam masa perbaikan.
Di samping itu, ada juga kemungkinan manajemen Pasific Royale menginginkan subsidi dari Pemkab Kerinci, karena penerbangan selama ini merupakan komersial murni, sementara jumlah penumpangnya belum begitu maksimal.
Kepala Dinas Perhubungan Kabupaten Kerinci, Guldianto, saat dikonfirmasi Tribun mengakui adanya penghentian penerbangan tersebut. Ia mengaku, penghentian penerbangan dilakukan sejak 15 September lalu, dan direncanakan sampai 25 September.
”Informasi yang kami dapat, berhentinya penerbangan tersebut karena mereka sedang servis pesawat. Dua pesawat sedang diservis di Pondok Cabe, sementara satu pesawatnya lagi sedang diservis di Surabaya,” ujar Guldianto, Minggu (23/9).
Ditanya apakah ada kepastian Pasific Royale akan kembali terbang di Kerinci setelah servis tersebut? Guldianto mengaku belum ada kepastian. ”Kita belum bisa memastikan, nanti kita lihat saja dulu mereka akan terbang atau tidak,” jawabnya.
Kadishub Kerinci tersebut juga mengakui, ada kemungkinan Pasific Royale menginginkan subsidi dari pemerintah daerah. ”Saya sudah menyarankan kepada pimpinan mereka untuk datang ke Kerinci dan melakukan diskusi. Dengan demikian kita tahu apa keluhan mereka,” terang Guldianto.
Selama ini lanjutnya, jumlah penumpang memang belum menunjukkan adanya peningkatan. ”Penumpang belum memenuhi standar. Banyaknya penumpang hanya jelang Lebaran lalu, setelah itu sepi lagi,” tambahnya.
Disamping itu, ia juga mengaku pemerintah daerah memang belum pernah memberikan subsidi untuk Pasific Royale.
Belum stabilnya jadwal penerbangan, menjadi salah satu penyebab belum banyaknya penumpang yang bepergian menggunakan pesawat.
”Kita ragu mau naik pesawat atau tidak kalau keluar daerah, kadang setelah pesan tiket pesawatnya tidak jadi mendarat, padahal ada rapat penting di Jakarta,” ungkap Kadis Kesehatan Kerinci, Raflizar.
Karena tidak mau ambil risiko tambahnya, ia lebih memilih berangkat melalui jalur darat lewat Padang atau Jambi, dan kemudian naik pesawat ke Jakarta. ”Kalau memang sudah stabil, memang lebih baik naik pesawat dari Kerinci langsung,” pungkasnya.
Pantauan Tribun di Bandara Depati Parbo, sejak tidak beroperasinya Pasific Royale, membuat suasana menjadi kembali sepi. Di bandara hanya terlihat aktivitas pengembala sapi, dan petani yang lalulalang ke sawah.
Kepala Bandara Depati Parbo Kabupaten Kerinci Edi Marpaung, mengatakan Oktober pesawat akan terbang lagi.
Kalau soal penumpang lanjutnya, masih bisa dikatakan lumayan, tergantung dengan waktu dan kondisi. ”Saat lebaran kemarin penumpangnya cukup banyak. Dan pada hari-hari biasanya penumpang juga selalu ada,” bebernya.
Selain Pasific Royale Airways tambahnya, sebenarnya masih ada maskapai penerbangan Nusantara Buara Air (NBA) yang disubsidi oleh pusat, yang juga melayani penerbangan ke Kerinci. Hanya saja rute penerbangannya hanya ke Padang saja.
”Sayang NBA sering tidak masuk, karena penumpangnya memang kurang. Kalau Kerinci- Padang peminatnya memang sepi, tidak seperti Kerinci-Jambi, yang penumpangnya selalu ada,” tambahnya.
Beberapa maskapai penerbangan lainnya, seperi Sky, Riau Air Lines, Susi Air, yang sempat membuka penerbangan di Kabupaten Kerinci, juga tiba-tiba menghentikan penerbangan.
Informasi yang didapat Tribun dari berbagai sumber, berhentinya penerbangan tersebut dikarenakan beberapa penyebab. Di antaranya adalah karena rusaknya pesawat, dan saat ini sedang dalam masa perbaikan.
Di samping itu, ada juga kemungkinan manajemen Pasific Royale menginginkan subsidi dari Pemkab Kerinci, karena penerbangan selama ini merupakan komersial murni, sementara jumlah penumpangnya belum begitu maksimal.
Kepala Dinas Perhubungan Kabupaten Kerinci, Guldianto, saat dikonfirmasi Tribun mengakui adanya penghentian penerbangan tersebut. Ia mengaku, penghentian penerbangan dilakukan sejak 15 September lalu, dan direncanakan sampai 25 September.
”Informasi yang kami dapat, berhentinya penerbangan tersebut karena mereka sedang servis pesawat. Dua pesawat sedang diservis di Pondok Cabe, sementara satu pesawatnya lagi sedang diservis di Surabaya,” ujar Guldianto, Minggu (23/9).
Ditanya apakah ada kepastian Pasific Royale akan kembali terbang di Kerinci setelah servis tersebut? Guldianto mengaku belum ada kepastian. ”Kita belum bisa memastikan, nanti kita lihat saja dulu mereka akan terbang atau tidak,” jawabnya.
Kadishub Kerinci tersebut juga mengakui, ada kemungkinan Pasific Royale menginginkan subsidi dari pemerintah daerah. ”Saya sudah menyarankan kepada pimpinan mereka untuk datang ke Kerinci dan melakukan diskusi. Dengan demikian kita tahu apa keluhan mereka,” terang Guldianto.
Selama ini lanjutnya, jumlah penumpang memang belum menunjukkan adanya peningkatan. ”Penumpang belum memenuhi standar. Banyaknya penumpang hanya jelang Lebaran lalu, setelah itu sepi lagi,” tambahnya.
Disamping itu, ia juga mengaku pemerintah daerah memang belum pernah memberikan subsidi untuk Pasific Royale.
Belum stabilnya jadwal penerbangan, menjadi salah satu penyebab belum banyaknya penumpang yang bepergian menggunakan pesawat.
”Kita ragu mau naik pesawat atau tidak kalau keluar daerah, kadang setelah pesan tiket pesawatnya tidak jadi mendarat, padahal ada rapat penting di Jakarta,” ungkap Kadis Kesehatan Kerinci, Raflizar.
Karena tidak mau ambil risiko tambahnya, ia lebih memilih berangkat melalui jalur darat lewat Padang atau Jambi, dan kemudian naik pesawat ke Jakarta. ”Kalau memang sudah stabil, memang lebih baik naik pesawat dari Kerinci langsung,” pungkasnya.
Pantauan Tribun di Bandara Depati Parbo, sejak tidak beroperasinya Pasific Royale, membuat suasana menjadi kembali sepi. Di bandara hanya terlihat aktivitas pengembala sapi, dan petani yang lalulalang ke sawah.
Kepala Bandara Depati Parbo Kabupaten Kerinci Edi Marpaung, mengatakan Oktober pesawat akan terbang lagi.
Kalau soal penumpang lanjutnya, masih bisa dikatakan lumayan, tergantung dengan waktu dan kondisi. ”Saat lebaran kemarin penumpangnya cukup banyak. Dan pada hari-hari biasanya penumpang juga selalu ada,” bebernya.
Selain Pasific Royale Airways tambahnya, sebenarnya masih ada maskapai penerbangan Nusantara Buara Air (NBA) yang disubsidi oleh pusat, yang juga melayani penerbangan ke Kerinci. Hanya saja rute penerbangannya hanya ke Padang saja.
”Sayang NBA sering tidak masuk, karena penumpangnya memang kurang. Kalau Kerinci- Padang peminatnya memang sepi, tidak seperti Kerinci-Jambi, yang penumpangnya selalu ada,” tambahnya.
Beberapa maskapai penerbangan lainnya, seperi Sky, Riau Air Lines, Susi Air, yang sempat membuka penerbangan di Kabupaten Kerinci, juga tiba-tiba menghentikan penerbangan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima Kasih Telah Mau Berkunjung Datang di Blog Berita Bagi Kita Semua, Siapapun Anda Boleh Menulis, Berkomentar, Mengirimkan Berita, Membuat Artikel ataupun Menceritakan tentang Hobby Masing-Masing, Kami Tidak bertanggung Jawab Dengan Akibat Yang ditimbulkan Konten Berita dan Artikel di Blog Ini, Pikir itu Pelita Hati,Jadi PIKIRKANLAH!!!, Komentar Yang Meniggalkan Links PORNO Akan Dihapus!!!