Sungaipenuh Terancam Krisis Air

TRIBUNJAMBI.COM, SUNGAIPENUH - Kota Sungaipenuh terancam krisis air menyusul musim kemarau panjang. Akibatnya PDAM kelimpungan memasok kebutuhan air warga. Pasokan menjadi tidak teratur, dan warga terpaksa mengirit penggunaan air. Di Batanghari, sawah warga terancam gagal panen.

 Warga Sungaipenuh mengaku kesulitan beraktivitas lantaran air PDAM menjadi andalan warga memenuhi kebutuhan sehari-hari. Pasokan air juga mengalir hanya jam-jam tertentu.


 "Sejak beberapa hari lalu, pasokan air PDAM tidak normal, bahkan sudah menganggu aktivitas warga, yang bergantung dengan pasokan air," ungkap Eja, warga Pondok Tinggi, Kota Sungaipenuh, Kamis (6/9).

 Dia mengatakan, biasanya air PDAM mengalir setiap hari, namun sejak terik kemarau, hanya mengalir malam hari. "Kita kesulitan lah, karena harus menghemat air jika tidak mau stoknya di bak habis," ucapnya. Parahnya, kondisi itu terjadi setiap tahun. "Teman saya yang punya usaha depo air juga sering tidak beroperasi," imbuh Eja.

 Senada Mila, bahkan dia mengaku tidak bisa mandi seperti biasa. "Biasanya mandi tiga kali sehari, sejak air sering mati hanya dua kali sehari," jelas Mila. Dia berharap hujan segera turun sehingga pasokan air normal lagi. "Tidak ada yang bisa disalahkan, karena memang cuaca kemarau," ujarnya.

 Direktur PDAM Tirta Sakti, Sasli Rais mengaku debit air di Sungaipenuh tinggal 30 persen. "Hujan yang turun beberapa waktu lalu, tidak mampu meningkatkan debit air," ujarnya, terpisah.

 Akibat sejumlah wilayah tak terlayani pasokan airnya secara bersamaan. Terpaksa, dia menggilir pengaliran air sesuai jadwal. Jadwal diedarkan ke masjid-masjid di Sungaipenuh. "Ini bukan disengaja, namun faktor alam," sebutnya.

 Kondisi diperparah klaim Rais, dengan banyanyak kasus pencurian air sehingga mengganggu distribusi air. Selain menekan pencurian air, pihaknya juga sedang memperbaiki pipa PDAM yang bocor, dan memutus sambungan pipa liar. Dia berjanji mengambil tindakan tegas kepada pelaku pencurian air.